Mengapa Pilihan Anda Salah

Ilusi Intuisi

Saya tumbuh di apartemen New York, di mana persamaan matematika jadi bahan obrolan makan malam, dan statistik bola basket jadi cerita sebelum tidur. Ayah saya, seorang ahli statistik, mengajarkan bahwa efisiensi pemain tidak diukur dari hiruk-pikuk—tapi dari poin yang diharapkan per serangan. Namun hari ini, kebanyakan penggemar masih bertaruh pada perasaan: ‘Dia sedang dalam streak panas,’ katanya. Itu bukan analisis—itu fiksi naratif yang disamarkan sebagai wawasan.

Biaya Tak Mengukur Metrik

Ketika seseorang mengklaim ‘dia sedang due’ setelah tiga kegagalan, mereka mengundang kesalahan gambler yang dibungkus emosi. Tapi data NBA menunjukkan hal semacam itu tak ada. Pemain yang tembak 42% dari lapangan? Upaya berikutnya bukan ‘due.’ Ia independen—setiap tembakan adalah uji Bernoulli sendiri. Probabilitas tak peduli pada suasana hatimu.

Mitos Akuntabilitas Moral

Orang-orang berpikir kewajiban berarti ikut campur saat seseorang kesulitan—tapi akuntabilitas moral dalam analitik olahraga adalah nol. Anda tidak berhutang untuk menghentikan tebakan. Anda berhutang pada presisi.

Mengapa Ini Penting

Saya tidak menulis untuk klik atau kemarahan—saya menulis karena narasi palsu merugikan uang sungguhan bagi orang-orang yang percaya pada insting mereka daripada bukti terstruktur. Jika Anda membaca ini, Anda sudah tahu perbedaan antara prediksi dan tebakan.

Pilihan Berikutnya Bukan ‘Due’—Itu Dihitung

Pantau metriknya. Tanyai ceritanya. Pengadilan tak memutuskan berdasar emosi—itu memutuskan berdasar entropi.